Jika Anda ke Penang, saya sarankan untuk dapat sejenak berkunjung ke Museum Rumah Tua P. Ramlee yang sering disebut masyarakat Pulau Penang dengan nama Monument Aceh. Museum Rumah Tua P. Ramlee ini terletak di wilayah pulau Asri. Rumah berbentuk panggung ini jika sekilas kita perhatikan akan terlihat sangat kental dengan gaya dan Arsitektur khas Aceh.
Home » Archives for 2014
Reportase - Tugas Individu - Tingkat Kekerasan Terhadap Perempuan Aceh
- on 22.18
- No comments
Banda
Aceh— Aceh Womens for Peace Foundation (AWPF) bersama Gemasastrin FKIP Unsyiah
menggelar kampanye 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan di Auditorium FKIP
Unsyiah, Senin (25/11/2013). Kampanye ini digelar untuk mencegah banyaknya
kasus kekerasan yang terjadi terhadap perempuan.
Kampanye
anti kekerasan ini dihadiri oleh seratusan siswa, mahasiswa dan berbagai kalangan
lainnya. Hadir sebagai narasumber dalam kampanye itu yaitu Direktur AWPF Irma
Sari dan Presidium Balai Syura Inong Aceh, Suraya Kamaruzzaman. Kampanye ini
juga diisi dengan teater, pembacaan puisi dan nonton film Batas.
Direktur
Aceh Womens for Peace Foundation (AWPF), Irma Sari, mengatakan, saat ini, angka
kekerasan yang terjadi terhadap perempuan di Aceh masih tergolong sangat
tinggi. “Angka kekerasan sangat tinggi di Aceh,” kata Irma.
Sementara
Suraya Kamaruzzaman, mengharapkan agar masyarakat yang mengalami tindak
kekerasan itu untuk melapor ke pihak berwajib maupun lembaga terkait.
“Agar kasus kekerasan tidak lagi menimpa
perempuan,” jelasnya.
Resensi - Tugas Pribadi - Film Batas
- on 22.15
- No comments
Film
‘Batas’ adalah sebuah film yang menceritakan dimana sebuah daerah yang dekat
dengan perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia. Film ini mengangkat kondisi
masyarakat dan pendidikan anak negeri di wilayah perbatasan Indonesia dengan
Malaysia tersebut.
Kisahnya
berawal dari sebuah perusahaan yang mengirim beberapa guru ke sebuah desa yang
ada didekat perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia dan tidak ada seorang pun
guru yang betah untuk tinggal di desa tersebut. Dan kemudian perusahaan itu
mengutus seorang bernama jaleswari untuk menyukseskan program corporate social
responsibility (CSR) di bidang pendidikan ke Provinisi Kalimantan Barat,
Kabupaten Pontianak, di wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia.
Dari
semua guru yang pernah di utus untuk mengajar di daerah tersebut hanya Adeus
yang mampu bertahan, itupun karena dia seorang pemuda asli dari desa yang
bernama Entikong tersebut.
Adeus
pernah putus asa untuk mengajar karena seorang bernama Otik yang menginginkan
warga di desa itu tetap bodoh. Kebodohan warga dimanfaatkan supaya mereka terus
memimpikan “surga” yang ada di negeri sebelah. Jaleswari yang akhirnya
mengembalikan semangat Adeus agar kembali siap mengajar anak-anak di desa itu.
Dengan
adanya pemimpin suku yang tegas dan menginginkan anak-anak di daerah tersebut
mempunyai pendidikan dan anak-anak yang mempunyai keinginan yang besar untuk menimba
ilmu serta ditambah lagi dengan semangat seorang perempuan bernama Jaleswari
itu memotivasi Adeus untuk mengajar kembali anak-anak di daerah tersebut.
Menurut
saya film ini merupakan film yang bagus karena di dalam film tersebut
ditayangkan sebuah daerah yang dekat dengan perbatasan antara Indonesia dengan
Malaysia, yang mana daerah itu sangat jauh tertinggal disegala bidang,
khususnya dibidang pendidikan dan fasilitas public seperti listrik dan lainnya dibandingkan
dengan kota-kota lain yang ada di Indonesia . Hal ini dapat membuat pemerintah
pusat yang ada di Jakarta untuk menyadari bahwa masih ada beberapa daerah yang
ada di Indonesia yang mana masyarakatnya tidak bisa menikmati hidup sebagaimana
masyarakat yang ada di daerah-daerah lain. Dan semoga pemerintah pusat
memperhatikan seluruh pelosok wilayah Indonesia tanpa terkecuali.
Namun,
setiap kelebihan pasti ada kekurangan. Film ‘Batas’ ini juga mempunyai beberapa
kekurangan, antara lain judulnya yang tidak sesuai dengan ceritanya. Cerita
dari film tersebut lebih kepada masalah pendidikan di daerah Entikong bukan
mengenai “batas” wilayah Negara Indonesia dengan Malaysia. Dan cerita yang pada
terakhir juga tidak nyambung karena pada awalnya film ini menceritakan masalah
social, namun pada akhirnya film ini sudah menceritakan masalah cinta, yang
mana jaleswari ini mencintai seorang intel yang bertugas di daerah perbatasan
itu.
PowerPoint-Tugas Kelompok-Reportase
- on 21.48
- No comments
Reportase merupakan kegiatan dari dunia jurnalistik yang berupa pencarian data dan fakta secara mendalam sehingga dapat mengantarkan masyarakat kepada satu kesimpulan pendapat melalui berbagai media elektronik maupun media cetak. Reportase mendalam akan lebih mampu mengungkapkan dari pada sekedar laporan faktual. Reportase adalah kegiatan jurnalistik dalam meliput langsung peristiwa atau kejadian di lapangan. Wartawan mendatangi langsung tempat kejadian atau TKP (Tempat Kejadian Perkara) lalu mengumpulkan fakta dan data seputar peristiwa tersebut. Di sini, reporter selain melaporkan apa yang dilihat di lapangan, juga memberikan tambahan informasi yang ada relevansinya dengan peristiwa yang sedang berlangsung.
Unduh file PPT berikut tentang Reportase Slide Penulisan Kreatif kelompok 9
Makalah - Tugas Kelompok - Reportase
- on 10.44
- No comments
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehadiran
media massa di tengah perkembangan Ilmu dan teknologi semakin terasa penting. Informasi
yang disajikan kepada khalayak pun harus semakin cepat dan tepat. Ketidaktepatan
informasi yang sampai kepada khalayak akan menimbulkan ketidakpercayaan
khalayak terhadap media massa tersebut dan ketidak tepatan menyampaikan
informasi akan mengurangi kepercayaan pembaca. Perkembangan teknologi yang
semakin canggih, menuntut kita sebagai manusia untuk memperoleh pengetahuan
yang luas dengan memilih segala bentuk informasi penting melalui dari berbagai
media. Reportase merupakan salah satu sumber informasi yang dianggap penting
untuk di konsumsi. Selain itu, untuk memeperoleh informasi yang akurat, maka
reportase lah solusinya. Berangkat dari permasalahan di atas, perlu kiranya
kita mengkaji tentang reportase yang kami mulai dari pengertian sampai teknik
penulisan reportase yang baik.
1.2 Rumusan Masalah
Apa pengertian reportase?
Apa saja jenis-jenis reportase?
Apa saja strategi materi dalam reportase?
Bagaimana bentuk arus informasi dalam reportase ?
Bagaimana jenis kelayakan berita dalam reportase ?
Bagaimana tahapan-tahapan dalam menulis berita dalam
reportase ?
Bagaimana teknik menulis hasil reportase?
Reportase - Tugas Pribadi - PLTD Apung Bukti Keganasan Tsunami
- on 10.05
- No comments
PAGI itu, Minggu
(26/12/2004). Jarum jam baru saja menunjukkan pukul 7.00 WIB saat kapal
berbobot mati 2.600 ton itu merapat ke Pelabuhan Ulee Lheue untuk mengisi bahan bakar. Didalam
kapal itu, ada tujuh orang karyawan. PLTD Apung, begitulah
nama kapal itu. Setelah kapal itu merapat ke pelabuhan, tiba-tiba bumi
bergoncang hebat. Awak kapal panik. Berselang 30 menit kemudian, Air laut surut
sekira 1,5 kilometer. Kapal itu berubah jadi miring. Enam dari tujuh karyawan
kapal itu berhamburan keluar kapal untuk menyelamatkan diri.
PLTD Apung sebelum dan sesudah tsunami
“Satu orang tidak keluar karena sedang tertidur,” kata
Pemandu Kapal PLTD Apung, Gibran Alqausar, saat ditemui pada Selasa
(25/12/2012).
Sejurus kemudian, air laut yang tadi surut itu berubah
menjadi ganas dengan gelombang besar. Air laut yang belakangan diketahui
bernama tsunami itu turut menyapu seluruh benda yang ada di depannya. Kapal
yang baru bersandar itupun tak luput dari kerasnya terjangan tsunami. Kapal itu
turut dibawa kedaratan bersama dengan benda-benda lainnya.
Deriansyah, salah seorang karyawan kapal yang tidak turun
karena tertidur itu kemudian terbangun kala kapal sedang dibawa arus.
“Sedangkan enam karyawan lainnya menjadi korban tsunami. Hanya Deri yang
selamat karena tidak turun dari kapal,” cerita Gibran.
Alhasil, kapal berbobot mati 2.600 ton dengan panjang 63
meter itu berlabuh di Desa Punge Blangcut, Kecamatan Jayabaru, Banda Aceh.
Kapal itu digiring ombak raya ke tengah pemukiman warga sekitar 5 kilometer
dari tempat berlabuh semula, Pelabuhan Ulee Lheue.
Saat tsunami meluluhlantakkan Aceh, tak sedikit warga yang
selamat akibat menumpangi kapal itu. Warga yang berada di atas rumah langsung
lompat ke atas kapal kala melihat kapal itu sedang digiring ke daratan.
Gempa berkekuatan 9,3 skala richter yang menyebabkan.gelombang
dahsyat itu menyebabkan sekitar 200 ribu warga Aceh meninggal dunia dan ratusan
ribu lainnya kehilangan tempat tinggal.
Kini, kapal yang dulunya difungsikan sebagai pembangkit
listrik itu sudah menjadi sebagai salah satu objek wisata tsunami di bumi
serambi Mekkah.
Saban hari, ratusan pengunjung berdatangan ke kapal ini
untuk menyaksikan dahsyatnya tsunami yang meluluhlantakkan Aceh sembilan tahun lalu itu.
“Yang paling banyak datang ke sini yaitu wisatawan asing dan
dari dalam negeri banyak juga,” jelas Gibran.
Objek wisata kapal apung ini resmi dibuka kembali untuk umum
sejak 4 April 2012. Rehap lokasi itu dimulai Juli 2011 silam dengan dana dari
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Setelah rehab itu, situs tsunami
ini sudah memiliki pagar dan bangunan yang lebih tertata.
Berada di atas kapal, pengunjung dapat melihat sebagian kota
Banda Aceh dan dapat mengetahui berapa jauh kapal itu diseret ombak tsunami.
Sebab, dari lantai kapal setinggi 20 meter itu akan terlihat laut dan dermaga
Ulee Lheue.
Di dalam komplek kapal itu berlabuh sekarang, juga dibangun
sebuah museum foto yang menampilkan detik-detik tsunami Aceh. Foto mayat-mayat
korban tsunami yang tergeletak dijalan maupun puing-puing sisa tsunami turut dipajang
dala m museum itu. ”Museum foto ini agar wisatawan yang dapat melihat peristiwa
tsunami yang melanda Aceh,” ungkapnya.
Tak sedikit pengunjung yang meneteskan air mata kala melihat
foto-foto yang dipajang itu. “Semoga tsunami bisa jadi pelajaran bagi kita,”
kata Husna, salah seorang pengunjung asal Medan.
Husna yang baru kali ini datang ke Aceh itu mengaku tak
menyangka bahwa kapal seberat 2.600 ton itu berlabuh di pemukiman padat
penduduk. “Itulah kehendak Allah. Ini harus jadi pelajaran bagi kita semua,”
ungkapnya.
Tempat wisata itu dibuka saban hari sejak pukul 10.00.WIB
sampai sekitar pukul 21.00 WIB. “Malam akhir pekan, jadwalnya kadang sampai
tengah malam,” ungkap Gibran.
Artikel - Tugas Pribadi - Tradisi Meugang Masyarakat Aceh
- on 09.45
- 1 comment
Makmeugang
atau Uroe Meugang adalah salah satu tradisi dalam masyarakat Aceh yang telah
ada sejak ratusan tahun lalu yang dimulai pada masa Sultan Iskandar Muda,
makmeugang itu sendiri berupa kegiatan membeli, mengolah dan memakan daging bersama-sama
dalam menyambut hari-hari besar islam. Makmeugang ini biasanya dilaksanakan
masyarakat aceh tiga kali dalam setahun, yaitu pada saat menyambut datangnya
bulan suci ramadhan, hari raya idul fitri, serta menyambut hari raya idul adha.
Ilustrasi meugang masyarakat Aceh
Setiap
warga aceh akan membeli daging meugang pada saat menyambut hari-hari besar
islam, semua kalangan akan membeli daging, baik itu kalangan menengah ke bawah
dan menengah ke atas, bahkan yang tidak mampu pun akan berusaha untuk
medapatkan daging meugang agar mereka bisa menikmatinya bersama keluarga mereka
sebagai mana keluarga-keluarga yang lain pada umumnya. Daging yang dibeli
masyarakat aceh biasanya adalah daging sapi atau lembu, tetapi, jika ada orang yang
tidak mampu membeli daging, biasanya mereka merayakan meugang ini dengan
menyembelih hewan peliharaannya seperti ayam, bebek dan ternak lainnya.
Suasana
aceh begitu meriah saat datangnya hari
meugang ini. Para ibu-ibu rela bangun lebih awal untuk membeli daging dihari
meugang. Semua ibu-ibu akan kelihatan sibuk untuk mempersiapkan hidangan
meugang untuk para keluarganya.
Meugang
merupakan hari yang sangat istimewa bagi masyarakat aceh. Oleh karena itu semua
masyarakat aceh sangat antusias untuk merayakannya, setiap mereka akan membeli
daging baik itu dalam jumlah kecil maupun dalam jumlah yang besar, tergantung
dari keberadaan ekonomi masyarakat aceh
itu sendiri. Sangking istimewanya hari meugang itu apabila ada keluarga yang
tidak mampu untuk merayakan meugang ini maka mereka akan menjual sedikit dari
barang yang mereka punyai untuk membeli daging meugang.
Opini - Tugas Pribadi - TNI, Antara Mempertahankan Negara dan Pembuat Onar
- on 08.52
- No comments
Tentara
Nasional Indonesia atau biasanya disingkat dengan TNI berperan sebagai alat
negara di bidang pertahanan, dalam menjalankan tugasnya TNI berpijak pada
kebijakan dan keputusan politik negara. Tugas pokok TNI adalah menegakkan
kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
ilustrasi
Selain untuk berperang, tugas TNI adalah mengatasi gerakan separatis
bersenjata, mengatasi pemberontakan bersenjata, mengatasi aksi terorisme,
mengamankan wilayah perbatasan, mengamankan objek vital nasional yang bersifat
strategis, melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik
luar negeri, mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya,
memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai
dengan sistem pertahanan semesta, membantu tugas pemerintahan di daerah,
membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan
ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang, membantu mengamankan
tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang
berada di Indonesia, membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian,
dan pemberian bantuan kemanusiaan, membantu pencarian dan pertolongan dalam
kecelakaan (search and rescue) serta membantu pemerintah dalam pengamanan
pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan dan penyelundupan.
Sementara dalam bidang reformasi internal, TNI sampai saat ini masih
terus melaksanakan reformasi internalnya sesuai dengan tuntutan reformasi
nasional. TNI tetap pada komitmennya menjaga agar reformasi internal dapat
mencapai sasaran yang diinginkan dalam mewujudkan Indonesia baru yang lebih
baik dimasa yang akan datang dalam bingkai tetap tegaknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Namun terkadang, banyak penyelewengan dalam menjalankan tugas sering kali
membuat para aparat TNI terpaksa bertindak diluar batas kewajaran, baik karena
disengaja ataupun tidak, misalnya siswa yang bercakap tidak wajar kepada aparat
sering kali membuat mereka berang, ini tentu tidak lepas dari kurangnya
perhatian yang diberikan dari orang tua siswa membuat anak-anak di zaman
sekarang ini sudah terbiasa dengan mengumpat dan berkata kotor, dengan tidak
adanya pengontrolan yang ketat dari orang tua anak-anak yang mempunyai
kebiasaan meniru apa saja yang dikatakan oleh orang-orang yang ada disekitarnya
atau meniru apa yang dikatakan oleh temannya.
Wajar saja jika siswa-siswa mengucap kata kotor kepada anggota TNI dan
diberi hukuman yang pantas kepada mereka, tetapi hukumannya masih dalam batas
kewajaran, misalnya dengan memberi hukuman membersihkan toilet dan lain
sebagainya dengan tidak melakukan tindakan kekerasan yang melanggar norma-norma
yang berlaku di Indonesia. Terkadang tidak dapat dipungkiri juga ada
kesalahan-kesalahan dalam bekerja, TNI
merasa bahwa mereka adalah orang yang lebih hebat dibandingkan
masyarakat sipil dan remaja-remaja, sehingga mereka keliru dalam mengambil
tindakan ketika masyarakat sipil khususnya remaja yang melakukan kesalahan
terhadap mereka.
Dalam
menjalankan tugas, setiap aparatur Negara apalagi di bidang pertahanan Negara, profesionalitas
harus ditingkatkan untuk mewujudkan sebuah kinerja yang hebat dalam tubuh
Negara, mendapat sorotan dari public dan bahkan dari anak-anak sekalipun tidak
lah menjadi sebuah alasan untuk bertindak sewenang-wenang dalam bertugas. Hukum
dan UU Negara telah mengatur semua bagaimana sebuah badan hukum dan sebuah
aparatur Negara dijalankan. Ketika oknum TNI tidak mampu untuk mengontrol
emosinya dalam mengatur kerjanya, itu artinya mereka telah menunjukkan
kelemahan TNI sendiri dan menjadi sebuah pandangan yang tidak baik yang akan
dimunculkan ke public, dan itu berakibat fatal yang akan memunculkan sebuah
image negative akan timbul untuk aparat TNI, walau sebenarnya yang melakukan
itu hanyalah oknum dari TNI tersebut, bisa saja masyarakat akan menganggap TNI
hanya sebagai ‘pembuat onar’, hal ini sangat mudah timbul apabila TNI dan para
aparat lainnya tidak mampu meningkatkan profesionalitas dalam menjalankan
tugasnya.