Makalah - Tugas Kelompok - Reportase

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Kehadiran media massa di tengah perkembangan Ilmu dan teknologi semakin terasa penting. Informasi yang disajikan kepada khalayak pun harus semakin cepat dan tepat. Ketidaktepatan informasi yang sampai kepada khalayak akan menimbulkan ketidakpercayaan khalayak terhadap media massa tersebut dan ketidak tepatan menyampaikan informasi akan mengurangi kepercayaan pembaca. Perkembangan teknologi yang semakin canggih, menuntut kita sebagai manusia untuk memperoleh pengetahuan yang luas dengan memilih segala bentuk informasi penting melalui dari berbagai media. Reportase merupakan salah satu sumber informasi yang dianggap penting untuk di konsumsi. Selain itu, untuk memeperoleh informasi yang akurat, maka reportase lah solusinya. Berangkat dari permasalahan di atas, perlu kiranya kita mengkaji tentang reportase yang kami mulai dari pengertian sampai teknik penulisan reportase yang baik.            


1.2  Rumusan Masalah

Apa pengertian reportase?
Apa saja jenis-jenis reportase?
Apa saja strategi materi dalam reportase?
Bagaimana bentuk arus informasi dalam reportase ?
Bagaimana jenis kelayakan berita dalam reportase ?
Bagaimana tahapan-tahapan dalam menulis berita dalam reportase ?
Bagaimana teknik menulis hasil reportase?



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Reportase
Menurut Yumaldi (2004), Reportase adalah kegiatan jurnalistik dalam meliput langsung peristiwa atau kejadian di lapangan. Wartawan mendatangi langsung tempat kejadian atau TKP (Tempat Kejadian Perkara) lalu mengumpulkan fakta dan data seputar peristiwa tersebut. Di sini, reporter selain melaporkan apa yang dilihat di lapangan, juga memberikan tambahan informasi yang ada relevansinya dengan peristiwa yang sedang berlangsung, misalnya, latar belakang peristiwa, maksud dan tujuan, dalam rangka apa peristiwa diadakan, hal serupa kapan pernah diadakan, dll.
Menurut Steve Weinberg Reportase berasal dari bahasa Latin, reportare, yang berarti membawa pulang sesuatu dari tempat lain. Bila dikaitkan dengan kegiatan jurnalisme, hal itu menjelaskan seorang jurnalis yang membawa laporan kejadian dari suatu tempat, di mana telah terjadi sesuatu. Sedangkan investigasi berasal dari bahasa Inggris investigative, yang asalnya juga dari bahasa Latin, vestigum artinya jejak kaki. Pada sisi ini menyiratkan pelbagai bukti yang telah menjadi suatu fakta. Reportase investigasi merupakan sebuah kegiatan peliputan yang mencari, menemukan, dan menyampaikan fakta-fakta adanya pelanggaran, kesalahan, atau kejahatan yang merugikan kepentingan. (http://muhammad-husna.blogspot.com/2013/07/reportase-makalah-disusun-guna-memenuhi.html)
            Kesimpulannya adalah reportase merupakan kegiatan dari dunia jurnalistik yang berupa pencarian data dan fakta secara mendalam sehingga dapat mengantarkan masyarakat kepada satu kesimpulan pendapat melalui berbagai media elektronik maupun media cetak.




2.2  Jenis-jenis Reportase
            Dari pengertian reportase di atas mengantarkan pembagian jenis terhadap reportase. Menurut Koesworo dkk membagi reportase menjadi:   
1. Reportase Sederhana

            Reportase sederhana merupakan laporan-laporan yang dibuat oleh wartawan yang disajikan secara sederhana. Reportase sederhana bisa berupa laporan hasil perjalanan keliling. Reportase sederhana juga berupa laporan atau deskripsi tentang suatu peristiwa atau kegiatan yang memperhitungkan nilai berita. Reportase sederhana dapat disamakan dengan reportase faktual yang dikemukakakan Jacob Oetama (1987;195), yaitu reportase yang melihat suatu peristiwa hanya dari satu dimensi, dimensi linier, kronologi kejadian, itupun dilakukan secara sekilas.

2. Reportase Mendalam
Reportase ini mempunyai 3 jenis yaitu,
a. Reportase interpretatif
            Pada umumnya, reportase interpretatif dikerjakan oleh banyak wartawan. Reportase model ini, bertujuan untuk menjelaskan permasalahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, banyaknya remaja yang bunuh diri, semakin merajalelanya pencopet dan penodong. Permasalahan ini disusun menjadi reportase dengan data-data yang dianalisis dari para pakar yang diwawancarai para wartawan disajikan untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi. Dalam bukunya yang berjudul Kiat Praktis Jurnalistik, Yurnaldi mendefinisikan reportase interpretatif sebagai pengungkapan peristiwa yang disertai usaha memberikan arti pada peristiwa tersebut, menyajikan informasi. Jacob Oetama (1987: 195) juga menegaskan, dalam reportase interpretatif dikaji latar belakang peristiwa, diperkirakan arah kecenderungan perkembangan peristiwa, dihubungkan dengan peristiwa lain yang akan memberi kelengkapan dan memperjelas makna dari peristiwa pokok yang dijadikan berita. Lebih jelasnya, untuk menyusun reportase interpretatif, wartawan terlebih dahulu mengumpulkan suatu analisis, kajian, dan interpretasi beberapa narasumber.
b. Reportase partisipatif
            Pada dasarnya, reportase ini merupakan reportase yang lebih banyak ditentukan oleh permasalahan yang akan disajikan. Reportase partisipatif dibuat untuk menyajikan kehidupan sosial yang sebenarnya terjadi.
c. Reportase investigatif
            Reportase investigatif adalah reportase yang mengangkat kasus-kasus kehidupan sosial yang ada. Kasus yang dipilih biasanya yang benar-benar berbobot untuk disajkan. Awalnya, permasalahan ini kelihatan samar-samar tapi benar-benar terjadi. Sebelum reortase ini disusun, wartawan perlu mengumpulkan data dengan penelitian yang berkesinambungan, sehingga tercipta laporan yang akurat, lengkap, dan bisa dipertanggungjawabkan. Karena untuk pengumpulan data harus dilakukan penelitian atau pelacakan, maka reportase ini disebut reportase investigatif. Para wartawan investigatif tidak mengikuti agenda orang lain karena mereka sendirilah yang memutuskan apa yang bernilai untuk diliput, bukan karena seorang pejabat atau seseorang lain yang meminta mereka meliput sesuatu. (Hikmat Kusumaninggrat dan Purnama Kusumaninggrat, 2006: 259).
            Permasalahan yang bisa diangkat misalnya: pejabat yang banyak memiliki istri simpanan, Roti pemicu kanker, dan sebagainya.

2.3  Strategi Materi dalam Reportase
            Reportase adalah laporan pandangan mata, baik langsung maupun tunda, dari lokasi peristiwa. Disini, reporter selain melaporkan apa yang dilihat di lapangan, juga memberikan tambahan informasi yang ada relevansinya dengan peristiwa yang sedang berlangsung, misalnya:
1. Latar belakang,

2. Maksud tujuan,
3. Dalam rangka apa peristiwa diadakan,
4. Hal serupa kapan pernah diadakan, dan lain –lain.
            Sifat reportase adalah sistematis dan kronologis. Naskah reportase berbentuk pointers yang berisi hal-hal penting saja dan yang ada kaitan dengan apa yang dilaporkan. Di sini, reporter dalam melakukan reportase tinggal mengombinasikan apa yang dilihatnya dengan referensi lain yang relevan, yang sudah dicatat dalam bentuk pointers. Dalam proses reportase ini, reporter dituntut memiliki keterampilan dalam melaporkan, dan keterampilan ini hanya dapat diperoleh melalui pengalaman. Semakin banyak melakukan reportase, seorang reporter akan semakin matang dalam melakukan reportase langsung di lapangan. Sebelum melakukan reportase, seorang reporter perlu mempersiapkan diri secara sempurna, khususnya mencari bahan-bahan reportase yang relevan. Misalnya, pada peristiwa “Peringatan Hari Angkatan Bersenjata RI 5 Oktober”, materi reportase yang harus dipersiapkan antara lain:            
-  Sejarah ABRI,

-  Siapa inspektur upacara dan komandan upacaranya,
-  Latar belakang komandan upacara,
-  Pasukan yang ikut upacara,
-  Atraksi yang ditampilkan, dan lain-lain.
            Dengan bahan-bahan yang telah dipersiapkan secara matang sebelum melakukan reportase, reporter tidak akan kehabisan bahan dan kata-kata sehingga reportase dapat berjalan dengan lancar, tanpa ada kesalahan sedikit pun.

2.4  Bentuk Arus Informasi dalam Reportase
            Di dalam reportase terdapat beberapa bagian bentuk menginformasikan berita kepada public, diantaranya dengan cara :
a. Siaran Langsung/ Live In
            Siaran Langsung adalah reportase yang dilakukan secara langsung di lapangan serta penyiaran gambar secara langsung kepada khalayak. Apa yang dilaporkan dan gambar apa yang diambil saat itu, langsung dipancarluaskan atau ditransmisikan, dan secara langsung dapat didengar atau ditonton oleh khalayak pendengar atau pemirsa. Pada siaran langsung, kesalahan ucapan reporter dapat langsung diketahui oleh khalayak. Oleh karena itu, reporter siaran langsung harus lebih ekstra hati-hati dalam melakukan reportase.

b. Siaran Tunda/ by the Record
            Pada siaran tunda, hasil reportase tidak disiarkan secara langsung kepada khalayak, tetapi direkam dulu dalam pita tape. Materi ini kan disiarkan sesuai waktu yang telah direncanakan. Jika sewaktu melakukan reportase terjadi kesalahan, kesalahan ini masih dapat diperbaiki atau dihilangkan di ruang pengeditan. Hal ini dimungkinkan karena siaranya bersifat tunda. Materi dapat pula disunting kembali untuk disesuaikan durasi waktunya dengan alokasi yang tersedia. Masa pengeditan ini disebut pascaproduksi. Materi siaran yang sudah siap siar disebut materi siap siar. Dengan demikian, perbedaan antara siaran langsung dan siaran tunda dapat dilihat dari materi siaranya. Jika “ diambil dan langsung disiarkan” disebut siaran langsung, tetapi jika“diambil tetapi tidak langsung disiarkan melainkan direkam dulu” maka disebut siaran tunda.

 2.5      Jenis Kelayakan Berita dalam Reportase
            Untuk reportase perlu juga kita memperhatikan kelayakan sebuah berita. Mulyadi (2003) menunjukkan adanya tujuh kriteria kelayakan berita, yaitu sebagai berikut:            
1. Penting. Pengesahan RUU Sisdiknas bersifat penting karena menyangkut kepentingan rakyat banyak yang menjadi pembaca media bersangkutan. Maka, hal tersebut layak menjadi berita. Ini juga relatif tergantung dari khalayak pembaca yang dituju. Isu SBY, Megawati, dan JK menjadi calon presiden tentu penting untuk dimuat di HarianRepublika/ Kompas/ Media Indonesia. Namun, kurang penting dimuat di majalah Gadis karena khalayak pembacanya berbeda.

2. Baru terjadi, bukan peristiwa lama. Peristiwa yang telah terjadi pada sepuluh tahun yang lalu jelas tidak bisa menjadi berita atau objek reportase.   
3. Unik, bukan sesuatu yang biasa. Seorang mahasiswa yang kuliah tiap hari adalah peristiwa biasa. Akan tetapi, jika mahasiswa berkelahi dengan dosen didalam ruang kuliah, itu luar biasa.

4. Asas keterkenalan. Kalu mobil Anda ditabrak mobil lain, hal itu tidak pantas menjadi berita. Namun, kalau mobil yang ditumpangi Sri Sultan ditabrak mobil lain, itu akan menjadi mobil dunia.
5. Asas kedekatan. Asas kedekatan ini bisa diukur secara geografis maupun kedekatan emosional. Banjir di Cina yang telah menghanyutkan ratusan orang masih kalah nilai beritanya dibandingkan banjir yang melanda Jakarta karena lebih dekat dengan kita yang ada di Indonesia.
6. Magnitude (dampak suatu peristiwa). Demonstrasi yang dilakukan oleh sepuluh ribu mahasiswa tentu lebih besar dampaknya dibanding demonstrasi oleh seratus mahasiswa.
7. Tren. Sesuatu bisa menjadi berita ketika menjadi kecenderungan yang meluas di masyarakat. Misalnya, sekarang orang mudah marah dan membunuh pelaku kejahatan kecil (pencuri, pencopet) dengan cara dibakar hidup-hidup.

2.6       Tahapan – Tahapan dalam Reportase
            Menurut Goenawan Moehammad wartawan senior Indonesia tahapan-tahapan dalam reportase sebagai berikut:
Lapisan pertama: Adalah fakta-fakta permukaan. Seperti: siaran pers, konferensi pers, pidato, dan sebagainya. Informasi disediakan narasumber sehingga masih  sepihak.
Lapisan kedua: Adalah upaya pelaporan yang dilakukan sendiri oleh si reporter. Di sini, sang reporter melakukan verifikasi, pelaporan investigatif, liputan atas  peristiwa-peristiwa spontan, dan sebagainya. Di sini, peristiwa sudah bergerak di luar kontrol narasumber awal.
Lapisan ketiga: Adalah interpretasi (penafsiran) dan analisis. Di sini si reporter menguraikan signifikansi atau arti penting suatu peristiwa,  penyebab-penyebabnya, dan konsekuensinya.
2.7  Teknik Menulis Hasil Reportase
            Menurut Bill Koevach Seperti halnya bangunan, kegiatan jurnalistik, berdasarkan teknik-tekniknya bisa dikelompokkan kepada tiga jenis :
Reportase interpretatif  / dasar → menghasilkan berita langsung (straight news).
Reportase partisipatif /  madya (menengah) → menghasilkan berita kisah (news feature).
Reportase / investigatif lanjutan → menghasilkan berita analisis (news analysis).
Semua teknik reportase dasar mutlak diperlukan dalam reportase madya dan reportase lanjutan. Akan tetapi, banyak teknik-teknik reportase lanjutan yang tidak perlu dipakai dalam reportase madya dan reportase dasar. Demikian juga halnya dengan teknik reportase madya dalam reportase dasar.
            Fakta dan data yang dikumpulkan harus  memenehi unsur-unsur berita 5 W+1H – What (peristiwa apa), Who (siapa yang terlibat dalam peristiwa itu), Where (dimana kejadiannya), When(kapan kejadiannya), When (mengapa peistiwa itu terjadi), dan How (bagaimana proses kejadiannya). Peristiwa yang diliput harus bernilai jurnalistik atau bernilai berita (news values), yakni aktual, faktual, penting, dan menarik. Peristiwanya sendiri secara garis besar terbagi menjadi dua:
 (1) Peristiwa yang diduga terjadi atau direncanakan terjadi, misalnya peristiwa perayaan hari ulang tahun, peresmian gedung, deklarasi partai, seminar dll.
(2) Peristiwa yang tidak terduga kejadiannya, misalnya kebakaran, kriminalitas, kecelakaan lalu lintas, dsb.
            Dari segi subtansi atau jenis peristiwa, reportase bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu beat system dan follow up system. Beat system adalah sistem pencarian dan pembuatan bahan berita yang mengacu pada beat (bidang liputan), yakni meliput peristiwa dengan mendatangi secara teratur instansi pemerintah, atau tempat-tempat yang dimungkinkan munculnya peristiwa, informasi, atau hal-hal yang bisa menjadi bahan berita. Sedangkan follow up system adalah teknik meliput bahan berita dengan cara menindaklanjuti (follow up) berita yang sudah muncul. Dalam meliput peristiwa, penting diperhatikan hal-hal berikut:
a. Kode Etik Jurnalistik atau Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI)
b. Fainess Doctrine (Doktrin Kejujuran) yang mengajarkan, mendapatkan berita yang benar lebih penting daripada menjadi wartawan pertama yang menyiarkan atau menuliskannya.
c. Cover Both Side atau News Balance, yakni perlakuan adil terhadap semua pihak yang menjadi objek berita, dengan meliput semua atau kedua belah pihak yang terlibat dalam sebuah peristiwa.
Menuliskan Tubuh Reportase
1) Susunlah fakta, data, dan informasi itu sedemikian rupa dengan menggunakan alinea (paragraf) demi alinea dengan merincinya satu per satu.
2) Rata-rata panjang kalimat yang mempunyai daya baca yang baik adalah terdiri dari 20 kata. Ini bukan berarti setiap kalimat panjangnya sedemikian, tetapi maksimal 45 kata.       
3) Jika ternyata ada satu paragraf terlalu panjang segera saja dipotong atau dijadikan paragraf baru, demi lancarnya penyajian laporan.

4) Dalam menyusun paragraf demi paragraf tersebut, baru diingat faktor yang menyebabkan kebosanan pembaca karena muatan bacaannya terlalu sarat.
5) Tetaplah mengacu ke pokok permasalahan atau topik, sepanjang menjalin dan menyusun
data di setiap paragraf.
           

BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Reportase merupakan kegiatan dari dunia jurnalistik yang berupa pencarian data dan fakta secara mendalam sehingga dapat mengantarkan masyarakat kepada satu kesimpulan pendapat melalui berbagai media elektronik maupun media cetak. Reportase mendalam akan lebih mampu mengungkapkan dari pada sekedar laporan faktual. Reportase adalah kegiatan jurnalistik dalam meliput langsung peristiwa atau kejadian di lapangan. Wartawan mendatangi langsung tempat kejadian atau TKP (Tempat Kejadian Perkara) lalu mengumpulkan fakta dan data seputar peristiwa tersebut. Di sini, reporter selain melaporkan apa yang dilihat di lapangan, juga memberikan tambahan informasi yang ada relevansinya dengan peristiwa yang sedang berlangsung.
Menurut Steve Weinberg, Reportase berasal dari bahasa Latin, reportare, yang berarti membawa pulang sesuatu dari tempat lain. Reportase dan berita berbeda dalam teknik penyajian, yaitu teknik reportase dan teknik penyajian berita. Sekalipun demikian, baik reportase maupun berita, keduanya merupakan karya jurnalistik. Reportase berfungsi menjelaskan atau melaporkan apa yang dilihat di lokasi kejadian, sedangkan berita berfungsi menginformasikan fakta yang timbul sebagai akibat adanya suatu peristiwa dan atau pendapat. Dengan demikian, reportase memiliki fungsi lebih luas, yaitu selain menginformasikan, juga menjelaskan, sedangkan berita hanya menginformasikan fakta.
 Saran
            Diharapkan kedepannya agar pemberitaan di media dapat ditingkatkan lagi sumber dan bukti yang akurat yang dicari di lapangan, dan juga wartawan lebih berhati-hati dalam  mencari bukti-bukti dilapangan karena wartawan sudah memiliki beberapa aturan hukum diantara nya aturan hukum pers dan undang-undang penyiaran yang tidak bisa dilanggar.

                                                DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yanuar. Dasar-Dasar Kewartawanan. 1992. Padang: Angkasa Raya.
Ermanto. Wawasan Jurnalistik Praktis. 2005 Yogyakarta: Cinta Pena.
Hikmat Kusumaninggrat, Purnama Kusumaninggrat. Jurnalistik Teori dan Praktik.           Bandung: PT. Rosdakarya.
Kuncoro, Mudrajad. Mahir Menulis. 2009. Jakarta: Erlangga.
M. Romli, Asep Syamsul. Jurnalistik Praktis untuk Pemula. 2009. Bandung: PT Remaja             Rosdakarya.
Yurnaldi. Kiat Praktis Jurnalistik. 1992. Padang: Angkasa Raya.

Posting Komentar